Monday, February 8, 2010

Landas Pacu

Landas pacu adalah sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat terbang untuk lepas landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam bahasa Inggris disebut runway.





Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 9/27.

Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan penambagan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 2R/20L.



Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspal "hotmix" dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan "zebra cross" pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas).
 


Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan untuk tuch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang) mesin pesawat.  

Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik diguanakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.

Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan penerbangan malam hari.

Landas pacu bandara perintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi lapisan rumput dan untuk mencegah amblasnya tanah , digunakan lonjoran lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). Di Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atau Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis.

Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin serta tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkan bandara internasional karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih dari 5.000 meter.

Pada landasan tertentu, dilengkapi kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult) terutama untuk landasan pendek dan landasan pada kapal induk.

catapult (ketapel)

Landas pacu pada setiap bandara umumnya dibersihkan dari debu atau kerikil bahkan benda benda asing lainnya yang akan membahayakan keselamatan penerbangan (dalam dunia penerbangan, benda asing tersebut dikenal sebagai FOD) bahkan kecelakaan pesawat terbang di landasan pacu umumnya disebabkan karena adanya benda benda asing baik yang masuk kedalam mesin pesawat maupun merusak badan pesawat atau roda pesawat saat pesawat lepas landas atau mendarat, seperti yang dialami pesawat Concorde di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis pada tahun 2000 yang menyebabkan pesawat terbakar dan jatuh yang menewaskan seluruh penumpang, krew dan penduduk setempat. Selebihnya karena cuaca dan bahkan gangguan burung sehingga umumnya di setiap bandara komersial bahkan perintis dilengkapi menara pengawas yang mengawasi lalulintas penerbangan, komunikasi bahkan informasi cuaca. Pada bandara tertentu, dilengkapi sensor dan pengusir burung dan sensor cuaca serta sensor untuk mengukur tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari mesin pesawat.

Selain itu pula, setiap landasan dilengkapi dengan kendaraan penyapu landasan dan peralatan bahan kimia pembersih landasan khususnya untuk membersihkan sisa sisa jejak karet yang ditimbulkan oleh roda-roda pesawat yang bila tidak dibersihkan juga dapat mengganggu keselamatan penerbangan.

Sunday, February 7, 2010

Banjir 2

kuliah banjir 2 teorinya ini baru dikirim sama dani tadi
filenya bisa di download disini

>>Download Teori Kuliah Banjir 2<<

terus banjir UTS-nya dibawa pulang

ini soalnya :

Soal UTS Banjir 

1.Sebutkan dan jelaskan dengan rinci Faktor-faktor Penyebab banjir (30%)
2.Sebutkan dan Jelaskan mengenai pendekatan baru pengendalian banjir dan Penanggulangan Banjir dengan konsep Eko-Hidraulik (40%)
3.Gambarkan Proses Terjadinya Masalah Banjir (30%)

jawab soalnya disini aja ya di forum facebook 9 Mahasiswa teknik sipil


Jawaban Soal No 1


faktor Penyebab banjir....


Faktor hujan,
Faktor rusaknya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS),
Faktor kesalahan perencanaan pembangunan sungai,
Faktor kedangkalan sungai,
Faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana,
Faktor perilaku masyarakat.



Jawaban soal no 2
Eko-Hidraulik merupakan salah satu upaya perpaduan yang melibatkan sejumlah disiplin ilmu yang mengkaji dan menjawab sejumlah persoalan terutama yang berkaitan dengan air.

Pendekatan Integralistik Ekologi dan Hidraulik, harmonis antara perilaku alamiah dan pembangunan dan kesatuan antara konservasi dan pembangunan:
Integralistik Ekologi dan Hidraulik
Harmonis antara Karakteristik Alamiah dan Pembangunan
Kesatuan antara konservasi dan pembangunan

PENANGANAN BANJIR MELALUI KONSEP EKO HIDRAULIK

- DAS bagian hulu dengan reboisasi atau konservasi hutan untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu.

- Selanjutnya reboisasi juga mengarah ke DAS bagian tengah dan hilir. Secara selektif membangun atau mengaktifkan situ atau embung alamiah di DAS yang bersangkutan.

- Penataan tataguna lahan yang meminimalisir limpasan langsung dan mempertinggi retensi dan konservasi air di DAS.

- Di sepanjang wilayah sungai serta sempadan sungai, tidak perlu diadakan pelurusan dan sudetan atau pembuatan tanggul. Karena caracara ini bertentangan dengan kunci utama retensi banjir.

- Sungai yang bermeander justru dipertahankan sehingga dapat menyumbang retensi, mengurangi erosi dan meningkatkan konservasi.

- Komponen retensi alamiah di wilayah sungai di sepanjang sempadan sungai dan badan sungai justru ditingkatkan, dengan cara menanami atau merenaturalisasi kembali sempadan sungai yang telah rusak.

- Erosi tebing-tebing sungai harus ditangani dengan teknologi Eco-Engineering dengan menggunakan vegetasi setempat.

- Memfungsikan daerah genangan atau polder alamiah di sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung air.

- Mencari berbagai alternative untuk mengembangkan kolam konservasi alamiah di sepanjang sungai, di lokasi yang memungkinkan, di perkotaan-hunian atau di luar perkotaan, sebagai genangan alamiah yg berfungsi meretensi banjir tanpa menyebabkan banjir local karena banjir di bagi di DAS dan di sepanjang wilayah sungai.

- Konsep drainasi konvensional yang mengalirkan air buangan secapatnya ke hilir perlu direvisi dengan mengalirkan secara alamiah (lambat) ke hilir, sehingga tidak menimbulkan banjir di hilir.

- Di samping solusi eko-hidroteknis tersebut sangat diperlukan juga pendekatan sosio-hidraulik sebagai bagian dari eko-hidraulik dengan meningkatkan kesadaran masyarakat secara terus menerus akan peran mereka dalam mengatasi banjir.

Jawaban Soal No. 3